Minggu, 21 Februari 2016

PENGUKURAN TINGGI LUTUT


Pengukuran estimasi tinggi badan ( untuk kondisi khusus )

A. Perkiraan tinggi badan dengan pendekatan tinggi lutut
     Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui tinggi badan dari subjek, terutama subjek yang tidak dapat berdiri. Kaki yang diukur adalah kaki sebelah kiri. Alat yang digunakan yaitu caliper, meteran/medline.
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan. Sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang. Yang dapat mengakibatkan bungkuk. Sehingga sulit untuk mendapatkan data tinggi badan akurat. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun.
 https://ecs12.tokopedia.net/newimg/cache/300/product-1/2015/3/6/149827/149827_779c867e-c3b0-11e4-86f9-a6e34908a8c2.jpg

B. Cara pengukuran tiggi lutut 
Pertama : Siapkan alat pengukur tinggi lutut, letakkan di atas permukaan lantai yang datar.
Kedua    : Duduklah di atas kursi yang datar.
Ketiga    : Letakkan kaki di atas alat pengukur tinggi lutut yang berbentuk siku-siku dan 
                 sesuaikan posisi lutut dengan sudut siku-siku pada alat pengukur tinggi lutut.
Keempat : Ukur dari tungkai sampai batas lutut dengan penggaris alat pengukur panjang lutut.

Terakhir  : Catat hasilnya.

1. Rumus estimasi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut
Utuk menghitung estimasi tingggi badan menggunakan tinggi lutut dapat dihitung menggunakan rumus :
· Laki2
64, 19 – [0,24 x TL (cm)] + [2,02 x U (th)]
· Perempuan (cm)
84,88 – [0,24 x TL (cm)] + [ 1,83 x U (th)]
Contoh
Seorang pasien berjenis kelamin laki-laki yang berusia 57 tahun mengalami gagal jantung dan oleh dokter disarankan untuk istirahat total ( bed rest ). Dengan hasil pengukuran tinggi lutut 70 cm . tentukan tinggi badan estimasi pasien tersebut.
Penyelesaian :
TB (cm)  = 64,19 - [0,04 x TL (cm) + [2,02 x U (th) ]
=64,19 - (0,04 x 70 ) + (2,02 x 57 )
=64,19 – 2.8 + 115.14
=176.53 cm
2. Rumus yang sering digunakan yaitu :
· Pria
(2,02 x tinggi lutut (cm) – (0,04 x umur (tahun) ) + 64,19
· Wanita
( 1,83 x tinggi lutut ( cm ) – (0,24 x umur ( tahun) ) + 84,88
3. Rumus Chumlea
Persamaan perhitungan tinggi badan pada lansia (lanjut usia) dengan deformitas punggung telah dikembangkan oleh Chumlea.
Tinggi badan diukur menggunakan microtoise, sedangkan tinggi lutut diukur menggunakan knee calliper dengan akurasi 0,1 cm. Analisis data menggunakan uji beda Wilcoxon signed rank test.
Hasil: Sebagian besar subyek berjenis kelamin perempuan, dengan usia 59-88 tahun. Rata-rata umur subyek sebesar 71±8,7 tahun. Reta-rata tinggi badan perempuan dan laki-laki adalah 146,8±5,6 cm, dan 160,8±6,2 cm. Reta-rata tinggi badan perempuan dan laki-laki dengan rumus Chumlea, adalah 154,3±7,03 cm dan 159,1±6,78 cm, dengan perbedaan yang tidak bermakna (p=0,077).
Intinya tidak ada perbedaan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise dan rumus Chumlea.

REFERENSI
Atikah Proverawati, SKM., MPH. Dan Siti Asufah, Skep., Ns. 2009, BUKU AJAR GIZI UNTUK KEBIDANAN , yogyakarta , NUHA MEDIKA.
Atikah Proverawati, SKM, MPH dan Erna Kusuma Wati , SKM, M.Si , 2011 , ILMU GIZI UNTUK KEPERAWATAN DAN GIZI KESEHATAN, yogyakarta , NUHA MEDIKA.
Adisty Cynthia Anggraeni, S. Gz , 2012 , ASUHAN GIZI; NUTRITIONAL CARE PROCESS , yogyakarta , Graha ilmu.
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/mmi/article/view/4168